Sabtu, 25 September 2010

NGASAG RIZKI

Pada masa awal berkembangnya Islam, Rosululloh mempromosikan Islam dengan cara direct selling, yakni mendatangi langsung sasaran dakwah. Mula mula Rosululloh mendatangi saudara dari ayahnya seperti Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Tholib, Hamzah, juga sahabatnya Abu Bakar. Rosululloh juga berdakwah pada para jamaah haji yang setiap musim haji mendatangi kota Mekah, diantaranya jamaah haji dari kota Yatsrib. Mereka yang mengikuti ajakan Rosululloh kemudian masuk Islam, secara berantai, bahu membahu dan bersemangat bersama Rosululloh menyebar luaskan ajaran Islam. Dari tangan Abu Bakar, berhasil mengajak sahabatnya Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan para sahabat terkemuka lainnya. Keluhuran budi pekerti Rosululloh sebelum dan sesudah menerima wahyu kenabian, diakui luas oleh masyarakat jahiliyah kota Mekah. Masyarakat kota Mekah memberi gelar Al Amin artinya orang yang dapat dipercaya, jauh sebelum Alloh memberi menurunkan wahyu yang pertama.
Dakwah Rosululloh yang dibantu para sahabat generasi pertama, dilakukan secara jitu dan sistematis. Mula mula yang digarap adalah para sahabatnya sendiri, beliau secara langsung menggembleng mental generasi surgawi ini. Aspek Aqidah, aspek Ibadah, aspek Syariah menjadi fokus pembenahan untuk menjadi pribadi prima yang berakhlaqul qarimah tingkat tinggi. Mereka semua akhli Ibadah, sekaligus akhli berdagang, akhli siasat perang, akhli bahasa, akhli tata pemerintahan, akhli keuangan dan semua keakhlian yang dibutuhkan saat itu ada pada diri para sahabat yang mulia. Sungguh satu hasil olah pendidikan yang sangat berkualitas, dengan out put yang mampu menembus batas wilayah langit dan bumi. Kekuasan Romawi dan Persi bergetar karenanya muncul kekuatan Islam yang diajarkan oleh Rosululloh, dari satu kawasan yang tadinya sama sekali tidak diperhitungkan.
Melakukan promosi untuk mengembangkan bisnis yang kita jalankan, adalah satu keharusan, agar usaha kita makin dikenal calon pelanggan. Bentuk promosi yang kita pilih, menyesuaikan anggaran yang ada, dengan mempertimbangkan efektivitas sasaran yang dituju. Pada masa awal kita mulai merintis bisnis, promosi langsung menjadi hal yang harus dilakukan di setiap kesempatan. Contoh barang, deskripsi layanan, foto barang atau layanan yang kita jual, tidak boleh ketinggalan saat kita pergi kemanapun. Tujuannya satu agar orang mengenal kita mempunyai produk atau layanan yang mungkin suatu saat dibutuhkan pelanggan. Tujuan lain adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap produk kita. Bila ada penolakan, berarti kita harus menempuh strategi yang lebih jitu, agar barang kita bisa diterima konsumen. Bila konsumen ternyata telah menerima produk kita, kita harus berinovasi lagi agar konsumen tetap memilih produk kita diantara banyak plihan produk sejenis.
Berbisnis juga membutuhkan satu kekuatan ruhiyah yang tangguh, agar mampu mengatasi bermacam rintangan, juga mempersiapkan masa depan secara sistematis. Para enterprener semestinya harus lebih arif dari para pegawai, karena mereka tidak digaji oleh pemberi kerja. Gaji enterprener langsung dijatah oleh gusti Alloh, melalui malaikat pembagi rizki. Karena langsung gajinya dari langit, haram untuk meminta tambahan rizki dari sesama mahluk seperti minta jimat penglaris, teken, tumbal, ngingu tuyul, babi ngepet, suap, korupsi, mark up, minta penglaris ke gunung kawi, monyet ngujang dll. “ Berdo’alah kepadaKu, pasti akan Aku kabulkan do’amu “ begitu janji gusti Alloh. Kewajiban kita yang ngasag rezkinya Alloh melalui jalan berwira usaha adalah memaksimalkan usaha dengan cara cara yang terpuji, terus menerus, tidak kenal lelah dan memaksimalkan kepasrahan kepada gusti Alloh. Karena jatah rizki kita sudah ditakar, tentu kita akan menerima jatah takaran itu. Jangan salah mengartikan jatah takaran ini, karena takaran ini fleksibel, bisa sebesar gelas, termos, ember, gentong, jeding kamar mandi, kolam atau hanya se sloki tonikum bayer, tergantung dari ikhtiar kita. Kalau ikhtiar dan kepasrahan kita maksimal, pasti kita akan memperoleh jatah yang maksimal pula. Begitu pula kalau ikhtiar dan kepasrahan kita hanya sekedarnya, kita juga akan menerima jatah rizki ala kadarnya.
Mancing ikan umpannya selalu kecil, untuk mengharap disantap ikan yang besar. Dalam menjalankan roda bisnis, juga diperlukan upaya mancing datangnya rizki yang besar dengan umpan yang kecil dalam koridor kegiatan yang halal dan thoyib. Kalau memancing pada ranah haram, namanya suap atau riswah, umpannya juga menyesuaikan nilai proyek yang diincar. Ada umpan yang nilainya ratusan juta, agar memancing keluarnya pasal tuduhan korupsi, ada yang umpannya Honda Tiger, agar dapat borongan rehab SD Inpres, ada yang umpannya voucher hotel agar sang kepala kantor mau menempatkan dana di Bank yang ia pimpin. Ada juga mancing dengan umpan beberapa lembar ratusan ribu, agar AO dari BPR tempat ia mengajukan kredit, meluluskan sejumlah permohonannya meskipun tidak layak.
Seringkali kalau kita berbelanja di pasar senggol, warung, minimarket atau bahkan di hipermarket, kita mendapati harga tertera Rp 33.300,00. Di nota kasir benar tertulis Rp 33.300,- tetapi biasanya kita membayar lebih mahal menjadi Rp 33.500,- dengan susuk 2 buah permen kopiko. Tetapi kalau dilain waktu kita berbelanja dengan nominal Rp 35.300,- , kita tidak bisa membayar dengan uang Rp 35.000,- ditambah dengan 3 buah permen kopiko. Hampir pasti kasir akan menolak, meskipun kasir telah melakukan hal yang sama ratusan kali kepada para pembeli. Alangkah baiknya kita melakukan pembulatan ke bawah, menjadi Rp 33.000,- saja. Uang kembalian Rp 200,- tidak berarti apa apa pada konsumen, tetapi cukup mengganjal bila di tukar dengan permen kopiko. Hitung hitung biaya promosi Rp 300,- dikembalikan saja sebagai diskon ke konsumen. Dijamin dengan pancingan itu, konsumen akan datang ke tempat kita lagi dan woro woro dengan yang lainnya.
Kalau sampeyan tinggal di perumahan atau di perkampungan, punya teras ukuran 2 x 5 meter, sedikit dipermak agar bisa untuk cangkrukan atau lesehan, sampeyan bisa ngasag rizki dari sini. Dengan sedikit kerja keras bangun dini hari jam 02.00 an tahajud dulu, lalu pergi ke pasar sayur yang biasa digunakan untuk kulakan bakul. Sementara sampeyan pergi ke pasar untuk beli sayuran, ikan segar atau daging segar, rewang sampeyan adang nasi dan menyiapkan bumbu bumbu sayuran. Sediakan 3 kompor untuk masak sayur, agar ba’da subuh sekitar jam 05.00 an, sayur dan gorengan sudah matang dan siap dijual. Dengan demikian, penghuni perumahan yang hendak pergi bekerja, tidak direpotkan dengan acara memasak, karena tersedia sayur sekaligus nasinya untuk sarapan. Kalau memungkinkan sampeyan juga bisa mborong untuk menyediakan menu makan siangnya dan menerima pesan lewat telpon. Insya Alloh kalau istiqomah menekuni usaha ini, banyak warga yang terbantu, terlebih lagi bila selisih antara masak sendiri dengan membeli di tempat anda tidak jauh. Rewang yang bekerja di tempat anda, karena ini kegiatan produksi, bayarannya juga harus lain dengan rewang rumah tangga biasa, kalau umumnya di komplek gaji rewang Rp 750 ribu, sampeyan harus bayar minimal Rp 1 juta.
Untuk memulai usaha ini, memang membutuhkan adaptasi yang lumayan berat, karena harus bangun dini hari, tapi ini biasanya tidak terlalu lama sudah terbiasa. Perlukan promosi yang jitu, lebih dari sekedar leaflet, misalnya 1 hari menjelang hari pertama buka, seluruh warga RT sampeyan diberi sego brekat, dengan diberi tulisan mohon do’a restu usaha anda. Tidak lupa bu RT tetangga, bu RW kita dan bu RW tetangga juga ikut diberi brekatnya juga. Insya Alloh dalam waktu 1 hari, satu komplek perumahan sudah tahu anda buka warung sayur matang yang mulai buka subuh. Ini berarti anda sudah menabung paling tidak 100 an pembeli potensial. Esok harinya pada saat anda benar benar buka warung, beri kejutan untuk pelanggan pertama, beri dia diskon 50 % dari yang dibeli, yang kedua 25 %, yang ketiga 10 %, selebihnya bayar penuh. Kalau satu hari omsetnya bisa Rp 500 an ribu, satu bulan paling tidak Rp 15 jutaan. Makanan olahan biasanya tingkat keuntungan mencapai 50 %, hitungan kasar keuntungan setiap bulan Rp 7,5 jutaan dikurangi biaya tenaga kerja dan overhead lainnya Rp 2,5 jutaan, sehingga paling tidak 1 bulan ada pendapatan tambahan Rp 5 jutaan. Cukup lumayan, wong namanya juga ngasag, dapatnya tidak sebesar kalau memanen.
Tetapi kalau anda seorang yang bekerja memberi pelayanan public seperti Account officer di Bank, polisi lalu lintas, jaksa, hakim, guru, petugas pajak atau pejabat publik seperti ketua RT, lurah, camat, satpol PP, dll, jangan menjual profesi mulia anda untuk ngasag. Jangan sekali kali berbuat tercela dengan menerima suap, ang pao dari pihak pihak yang seharusnya anda tindak. Apalagi kalau anda sebagai penegak hukum melakukan tindakan memperjual belikan pasal tuntutan pidana, dengan sejumlah uang, itu perbuatan haram dan uang yang anda terima namanya riswah alias suap, bukan hadiah apalagi hibah. Ini ngasag yang haram, anda harus meninggalkan kebiasaan ini. “ Yang disuap dan yang nyuap sama sama masuk neraka “ begitu titah Kanjeng Nabi. Begitu juga kalau antum guru, dengan alasan ngasag rizki, anda memberikan jasa les privat pada murid murid anda dan memperlakukan murid murid anda secara subyektif. Murid murid yang ikut les, diberi latihan soal persis seperti soal ulangan yang akan anda berikan esok hari, sementara yang tidak ikut les di-cing atau diperlakukan diskriminasi untuk menggiring agar semuanya ikut les privat anda, meskipun pelajaran yang anda ampu tidak begitu sulit seperti PPKN atau IPS.

Kamus istilah :
Ngasag : mencari bulir padi sisa panen, tekeb, ngigu tuyul : memelihara tuyul, susuk : kembalian, rewang : pembantu umah tangga, woro woro : memberi tahukan pada orang lain, cangkruan : kongkow kongkow, adang : menanak nasi, di-cing : diancam

Selasa, 07 September 2010

sms

Sabtu, 03 April 2010

Jangan Bakhil

Salah satu kebiasaan Rosululloh adalah selalu menjaga silaturrahmi dengan para sahabatnya, para kerabat dekat maupun kerabat jauh. Beliau sama sekali tidak turun gengsi mengunjungi rumah sahabat Abu Bakar atau sahabat Umar, karena beliau bukan raja. Salah satu sebab tatanan masyarakat Madinah menjadi begitu solid, karena eratnya tali silaturrahmi antara kaum Ansor dan kaum Muhajirin, dengan bimbingan langsung dari kanjeng Nabi. Bahkan ketika kaum Muhajirin baru tiba dari Mekah karena perintah berhijrah, Rosululloh mempersaudarakan para keluarga kaum Ansor dan Kaum Muhajirin. Adalah Abdurrahman bin Auf, seorang bangsawan dan pedagang kaya dari Mekah, karena perintah berhijrah, dia tinggalkan semua miliknya di Mekah. Di Madinah oleh Rosululloh dia dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu Arrabil Allausari, seorang yang kaya raya di Madinah. Sa’ad menawari Abdurrahman bin ‘Auf separoh kekayaannya, tetapi dia menolak. Dia lebih suka ditunjukkan dimana letak pasar yang ramai di kunjungi para pembeli, yakni pasar bani Qoinuqaa.

Setelah mempelajari seluk beluk perdagangan di pasar itu, termasuk ikut berdagang keju dan minyak samin, dia menemukan fakta bahwa pasar itu dikuasai oleh orang Yahudi. Para pedagang disana sangat bergantung pada si Yahudi karena tidak ada pilihan lain. Mulailah dia mencari jalan keluar untuk membebaskan para pedagang dari cengkeraman si Yahudi. Ternyata di dekat pasar itu ada tanah kosong yang dapat dijadikan lokasi pasar alternatif. Dengan bantuan Sa’ad, tanah itu dibelinya dan mulailah dibangun pasar. Dia tidak mematok biaya sewa, tetapi menerapkan sistem bagi hasil atas petak pasar yang ditempati. Sebagian besar pedagang akhirnya pindah ke pasar itu, karena lebih profesional pengelolaanya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Abdurrahman bin ‘Auf berhasil mengembangkan usahanya, sehingga menjadi salah seorang yang kaya raya. Tetapi kekayaannya tidak membuat dia kesengsem harta, justru sebagian besar hartanya dia sumbangkan untuk membiayai dakwah Rosululloh, termasuk membiayai tentara yang jihad fi sabilillah dan menyantuni mereka yang ber herhak

Abdurrahman bin ‘Auf sadar betul, sumbangan beliau yang diserahkan kepada Rosululoh bukan gratifikasi dalam rangka mendapatkan proyek, atau agar membuat decak kagum orang orang, tetapi infaq beliau secara tulus tanpa mengharap apapun kecuali ridloNya. Beliau dengan inisiatifnya sendiri, memberi santunan pada para veteran perang badar, beliau setiap juga menyantuni janda janda Rosululloh. Pernah pada suatu hari pasca meninggalnya Rosululloh, kota Madinah hiruk pikuk kedatangan satu kafilah dagang yang terdiri dari ratusan unta yang penuh barang dagangan. Ummul Mukminin Aisyah bertanya pada para pembantunya “ kafilah dagang milik siapakah itu ? “. “Oh itu milik Abdulrahman bin ‘Auf “ kata pembantunya. “ Maha suci Alloh yang telah melimpahkan hartanya dan menjaganya dari sifat kikir “ kata Sayyidah ‘Aisyah “ Saya dengar Rosululloh berkata “ Abdurrahman bin ‘Auf akan memasuki surga dengan merangkak “ kata Sayyidah Aisyah melanjutkan. Kabar itupun sampai juga pada Abdurrahman bin ‘Auf, beliau mendatangi Sayyidah ‘Aisyah untuk menanyakan kebenaran berita itu. “ Betul, Rosulloh pernah menyampaikan hal itu, anda akan akan masuk surga dengan merangkak “ kata Sayyidah ‘Aisyah menjawab pertanyaan dari Abdurrahman bin ‘Auf. “ Kalau begitu, saksikanlah wahai Ummul Mukminin, aku serahkan seluruh unta dalam kafilah tersebut beserta barang yang ada punggungnya untuk kepentingan jihad fi sabilillah “.

Kredo pada teori ekonomi sekuler mengajarkan dengan modal sekecil kecilnya harus mendapat hasil yang sebesar besarnya, melahirkan aneka macam keruwetan dalam dunia bisnis. Orang akan menghalalkan segala cara, menekan cost serendah rendahnya, demi mendapatkan hasil sebanyak banyaknya. Tidak ada kamus haram dalam bisnis mereka, karena haram hanya dikenal kalau bisnisnya rugi atau tidak mencapai target. Bisnis plan menjadi kitab sucinya, sedangkan Rencana Kerja Tahunan dan break down bulanan menjadi tafsirnya. Budget promosi yang besar menjadi amal sholehnya, target penjualan menjadi pahalanya. CEO yang sukses membangun gurita bisnis seperti Bill Gates, Lim Swie Liong, Eka Cipta Wijaya, menjadi Aulianya bisnis.

Menjalankan roda usaha tidak ubahnya kita menjalankan roda rumah tangga, ada arah yang jelas yang ingin dicapai, yakni keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Rumah tangga usahapun selalu menginginkan bisnis yang sakinah, bisnis yang mawaddah dan bisnis yang warohmah. Kalau kita punya warung kelontong di kampung, agar warungnya sakinah kita wajib menetapkan harga yang wajar agar pembeli tidak suka ngutang, tidak nutuk pada pembeli baru, memberi diskon atau hadiah untuk pembelian jumlah tertentu. Sakinah yang lain memberi salam misalnya monggo setiap pembeli datang, mengajak berbicara pembeli dengan bahasa setempat, kalau di Jawa dengan bahasa Jawa Kromo sedang bukan ngoko. Jangan karena ingin ramah, pada setiap pembeli diajak ngomong pakai bahasa Indonesia yang kaku, seperti pak Camat memberi pengarahan pak Lurah. Misalnya sampeyan punya sisa mangkok atau piring promosi, ndak usah pelit untuk memberi hadiah pada pelanggan. Kalau nota pembelian pelanggan habisnya Rp 74.500,- alangkah baiknya pelanggan cukup bayar Rp 74.000,- saja, jangan membayar sejumlah Rp 75.000,- dengan susuk 5 buah permen kopiko. Bila sangat terpaksa tidak punya uang recehan untuk susuk, mintalah izin untuk disusuki premen. Usahakan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas pembelian yang dilakukan dan minta maaf kalau pelayanannya agak lama karena harus antri.

Hitung menghitung dalam mengelola bisnis adalah wajib ‘ain, karena dengan mengitung kita menjadi tahu posisi bisnis kita, lebih maju, stagnan atau mengalami kemunduran. Tetapi hitung menghitung itu bukan berarti kita harus menjadi pelit, justru kita harus lebih penaan. Bila semua barang harus sesuai bandrol harga, sediakan bajet promosi ala kadarnya seperti sauvenir atau kalau perlu diskon. Tetapi bila sampeyan sendiri yang menentukan kebijakan harga, akan lebih leluasa untuk menjadi penaan. Kalau sampeyan punya usaha jualan mie goreng, ayam goreng atau yang sejenis, bila ada konsumen membeli 7 porsi, tidak ada salahnya diberi imbuh 1 porsi dan harga per porsinya ndak usah dinaikkan. Dari segi kesempatan jangka pendek ini eman eman, la wong satu porsi sudah ketok harganya, kok ini cuma digratiskan. Begitu juga kalau ada pembeli yang baru pertama kali datang ke warung kita, jangan sekali kali aji mumpung dengan menaikkan harga sakpenake dewe atau lebih mahal dari harga sesungguhnya. Dari segi promosi jangka panjang, ini akan mengundang pembeli datang lagi melakukan pembelian serupa dan dijamin akan ngomong ke yang lain.

Kalau antum dokter spesialis anyaran, jangan kereng seperti malaikat pencabut nyawa, setiap pasien mengeluh sakit, ditakut takuti dengan bahasa medis, disuruh membeli resep dengan obat yang sebenarnya tidak diperlukan dari merk sponsor. Repotnya lagi kalau ujung ujungnya disuruh operasi dan punya anggapan pasien adalah sapi perah, untuk menutup biaya ambil spesialis antum agar segera balik modal. Padahal mungkin ada cara lain, didengarkan keluhannya, disuruh periksa laboratorium, disuruh nebus resep sambil dinasehati supaya ibadahnya lebih rajin, diajak doa bareng bareng dan diajak baca al fatihah bareng bareng. Bila tidak ada jalan lain selain operasi, alangkah baiknya bila disampaikan dengan cara yang santun, dimengerti orang awam, dijelaskan efek sampingnya, jangan memastikan keberhasilan dan kegalannya sekian persen karena itu hak Alloh, juga biaya biayanya pra sampai pasca operasi. Boleh jadi antum sangat sibuk karena jadwal praktek di berbagai tempat, tidak ada salahnya mengangkat asisten mahasiswa yang sedang co-as, khusus untuk mendengarkan keluhan pasien. Syukur syukur antum bersedia meluangkan waktu, sesekali tilpon mantan pasien menanyakan perkembangan kesehatannya, kalau tidak sempat, asisten antum diwajibkan untuk memonitor perkembangan kesehatan pasien dan melaporkan pada anda. Lebih afdol lagi asisten diminta mengunjungi pasien yang baru anda operasi. Kalau di setiap kota besar ada beberapa dokter spesialis yang bertindak tidak lazim seperti ini, dijamin jumlah pasiennya akan membludak dan pasien yang berobat ke Singapura akan turun drastis. Syukur syukur kalau tarifnya tidak terlalu mahal, karena tarif berapapun yang dikenakan pada pasien, tidak akan ditawar. Dokter spesialias yang tidak materialis seperti ini, dijamin rizkinya lebih berkah dan lebih banyak, dibanding dengan yang materialis, yang hobinya menakut nakuti pasien, tukang memberi resep dari pabrik obat spansornya dan perangainya seperti malaikat pencabut nyawa.

Seorang dokter dan dokter spesialis, keluhan yang paling banyak dilontarkan adalah belum punya pasien pada saat mulai buka praktek sendiri. Mereka meyakini kalau sudah lama praktek pasti akan dikenal dan punya banyak pasien. Sebenarnya ini kurang tepat, keluhan itu timbul karena ada sifat bakhil sebagai seorang dokter yang telah mengeluarkan biaya sangat mahal untuk bisa jadi dokter atau dokter spesialis. Cobalah lakukan langkah yang terbalik, tanamlah investasi yang hanya Alloh yang sanggup membayar devidennya. 2 bulan pertama sejak anda buka praktek, gratiskan semua jasa layanan, umumkan layanan cuma cuma anda di depan tempat praktek anda. Kalau yang datang ke tempat praktek anda selama 2 bulan 500 orang, anda sudah mempunyai pasien potensial 500 orang, ditambah orang lain yang diberi tahu oleh ke 500 orang ini. Bulan ke 3 saat anda mulai menarik bayaran pada pasien, biarlah pasien sendiri yang menghargai jasa layanan anda, artinya dikasih Rp 50 ribu, Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu, diterima saja. Insya Alloh rizki anda sangat berkah dan dalam waktu 5 tahun saya yakin anda sudah punya Rumah Sakit sendiri. Logikanya setiap pasien yang anda tolong pasti akan berterima kasih dan pasti akan mendoakan kesuksesan anda, bukan sebaliknya ngrundel dan menyumpahi anda, karena tarifnya mahal, pelayanannya kayak polisi menginterogasi maling. Satu dari ke 500 orang ini, pasti ada yang doanya diijabahi gusti Alloh. Nah kalau lebih dari satu yang do’anya diijabahi, tidak ada alasan gusti Alloh menolak atau menunda terkabulnya do’a mereka. Jangan lupa dengan pendapatan berapapun, paksakan untuk mengeluarkan hak orang lain sebesar minimal 2,5 % nya, karena itu bukan hak kita. Dengan pendapatan baru Rp 10 juta, tidak terasa bila harus dikeluarkan zakatnya sebesar Rp 250.000,- . Tetapi kalau pendapatan kita satu bulannya Rp 300 juta, tentu cukup eman eman bila harus dikeluarkan zakatnya sebesar Rp 7.5 juta. Bukalah pintu rizki yang dilangit dengan membuang sifat bakhil, kikir, medhit, ijir dan sejenisnya, agar pintu rizki yang di bumi juga ikut terbuka. Sukron

Kamus istilah

nutuk : mematok harga lebih tinggi yang tidak sewajarnya,

monggo : silahkan ,

penaan :gampangan/ menyederhakan urusan,

ketok : jelas,

imbuh : tambahan/ gratisan,

eman eman : sayang,

sakpenake dewe : semau gue,

antum : sampeyan,

anyaran : baru,

ngrundel : menggerutu,

medhit : pelit,

ijir : perhitungan.

istiqomah

Gusti Alloh lebih menyukai hambaNya yang secara teratur beribadah, baik dengan atau tanpa rangsangan bonus pahala. Sholat malam misalnya, akan lebih baik bila dikerjakan secara rutin, bukan pada saat kita sumpek saja. Pada masa lapangpun sangat dianjurkan agar kita selalu menyempatkan diri melakukannya. Bersedekah meski pada saat tertentu ada masa masa istimewa, alangkah baiknya bila kita melakukannya tidak memandang saat istimewa atau saat saat biasa. Bertadarus Al Qur’anpun demikian, lebih baik dilakukan secara rutin meski hanya satu ruku’ atau satu ayat, dari pada sekali bertadarus dua juz, setelah itu lama sekali tidak melakukan tadarus.

Tidak ada yang salah bila banyak orang pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlon, melakukan ibadah dengan sangat intensif untuk menyongsong Lailatul Qodr. Memang itu anjuran dari kanjeng Rosul junjungan kita, untuk memperbanyak amal sholeh di saat yang istimewa itu. Kalau memang mujur dan Alloh marengake, kita dapat memperoleh keutamaan pahala selama 83 tahun, Subhanalloh. Tetapi secara logika, bonus pahala yang istimewa hanya diberikan untuk orang orang yang ibadahnya juga istimewa. Dia tidak mengejar Lailatul Qodr, karena setiap hari dia yakin Gusti Alloh paring berkah Lailatul Qodr. Dia melakukan shaum sunnah, karena baginya puasa sunnah itu wajib hukumnya, dia juga juga sholat malam, karena sholat malam baginya adalah kewajiban. Dia bertadarus secara rutin karena tadarus baginya adalah kewajiban, dia menjaga silaturrahmi bukan karena pamrih ingin dapat utangan, tetapi karena silaturrahmi baginya adalah suatu kewajiban. Dia bekerja keras untuk mencari nafkah halal bagi keluarganya, karena dia tidak mau ada yang subhat apalagi haram dari daftar rizkinya. Lebih afdol lagi kalau dia punya kesempatan untuk mendapatkan rejeki remang remang atau sekalian haram meskipun berlabel legal, dia tidak mau melakukannya. Kalau modelnya seperti ini, bukan orangnya yang merindukan Lailatul Qodr, tetapi Lailatul Qodrnya yang merindukan orang ini.

Berbisnis apapun jenisnya juga demikian, bila dikelola secara intensif dan terus menerus, kita akan mendapatkan keutamaan menjalankan bisnis. Memang cukup berat untuk beristiqomah dalam berbisnis, apalagi bisnis yang masih tahap perintisan. Tahap ini belum banyak orang yang kenal dengan bisnis kita, pemasukan belum banyak. Jangankan Break Event Point, untuk bayar karyawan saja masih nombok ambil dari modal. Semangat yang tadinya menyala nyala, menghadapi kenyataan ini bisa perlahan padam. Apalagi kalau tadinya ia seorang pegawai dengan gaji besar, kemudian ikut pelatihan motivasi menjadi enterprener, lalu nekad mundur untuk merintis usaha sebagai seorang pengusaha. Terbayang setiap tanggal gajian, angannya menangis karena sekarang tidak ada yang menggaji, tidak ada acara main golf, main tenis, futsal atau olah raganya para profesional lainnya yang dibayari kantor.

Kalau kita lulus tahap ini, pasti perlahan lahan akan terjadi titik balik, pelanggan mulai datang, klien mulai ada dan tentunya omset juga mulai meningkat. Pada tahap perintisan kita berikan servis yang terbaik untuk pelanggan, harga juga kompetitif, akankah pada saat pelanggan mulai datang karena puas dengan layanan kita, kita tetap akan mempertahankannya pelayanan ? Gejala latahisme biasanya tumbuh disini, kwalitas pelayanan menurun, harga atau tarif mulai dinaikkan perlahan. Ada kredo berbahaya yang bisa membonsai bisnis kita “ kalau bisa jual lebih mahal kenapa dijual murah, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah, kalau kayak gitu saja kansumen sudah mau kenapa harus yang lain “.

Kalau kita bisa melewati tahap ini dengan baik, kita tetap istiqomah dengan pelayanan prima dan harga atau tarif yang kompetitif, bukan berarti godaan sudah berlalu. Ada godaan yang tidak kalah berbahaya, percaya diri yang berlebihan. Dengan alasan usaha yang sedang berkembang, kita menggenjot omset dengan menambah investasi. Kredo ambisi mencapai target omset sekian kali lipat dari sekarang dalam jangka waktu sependek pendeknya, mau tidak mau harus mengambil kredit dari Bank. Kalau jam terbang di bisnis ini sudah lama, ini bagus karena kita sudah mengenal betul fluktuasi pasar. Tetapi kalau kita sebagai pemain baru yang belum paham fluktuasi pasar, ini sangat beresiko. Istilah ndesonya kalau belum melewati 3 Idul Fitri, belum lulus sebagai seorang enterprener. Hampir semua orang mengencangkan ikat pinggang agar pada hari raya nanti mempunyai tabungan yang cukup, masih ditambah dengan THR, arisan atau pemasukan lainnya. Menjelang hari raya semua tabungan dibelanjakan untuk kebutuhan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Idul Fitri, sehingga berjualan apapun laris manis, termasuk jualan kredit bank. Kondisi ini hanya terjadi setahun sekali, dilain waktu ada saat ramai seperti liburan sekolah, tetapi tidak ada yang mengalahkan moment idul fitri. Menghadapi masa masa sepi, butuh keuletan, kesabaran dan kerja keras, agar roda usaha tetap berjalan normal.

Godaan lain yang cukup mengganggu, adalah rasa percaya diri untuk ekspansi usaha bidang yang sama sekali baru, karena usaha yang dirintis sebelumnya sudah bisa jalan. Tidak haram, juga tidak subhat, sah sah saja untuk mencoba dengan satu pertimbangan, diversifikasi usaha ini tidak mengganggu core bisnis yang ada. Kalau sampeyan mulai buka usaha jualan bakso dengan 1 gerobak, tetaplah istiqomah berjualan bakso. Artinya jangan keburu ganti jualan martabak, kalau dalam satu dua minggu omset belum juga meningkat. Tetaplah istiqomah dengan baksonya, misalnya hari itu tidak habis terjual, cobalah berikan pada tetangga kiri kanan anda. Besoknya bila satu adonan juga ndak habis, cobalah berikan pada anak yatim disekitar anda, asal pemberian ini bukan karena ngincar mbok rondo ibunya anak yatim. Hari ketiga belum juga satu adonan semuanya habis terjual, cobalah bawa ke panti asuhan, dijamin pasti habis. Ini berarti gusti Alloh sangat sayang pada kita, coba kalau langsung di kasih laris, sampeyan belum tentu punya kesempatan bersedekah dengan bakso. Disamping sebagai upaya membuka pintu rejeki yang ada di langit, pintu rejeki dari kantong pelanggan juga perlu dibuka, dengan selalu istiqomah berinovasi.

Bentuk bakso umumya hanya bulat sebesar bola bekel atau bakso jumbo sebesar bola tenis, cobalah membuat bakso kubus, empat persegi panjang, jajaran genjang, segi tiga sama kaki atau bentuk spong bob. Cobalah membuat inovasi harga, kalau kebanyakan pengusaha menaikkan harga bila permintaan meningkat, sampeyan coba menurunkan harga saat permintaan meningkat, dijamin Insya Alloh permintaan terus meningkat. Yang tidak boleh sampeyan lakukan adalah berhenti istiqomahnya, kalau sebelum laris rajin subuhan di masjid baru buka warung, setelah warungnya laris buka warung dulu baru subuhan dengan gelar al bukhri, subuhane keri. Kalau sebelum laris rajin kasih tetangga kiri kanan, rajin ngasih ke panti asuhan, rajin ngasih ke anak yatim, setelah jualannya laris justru tambah pelit, tidak pernah ngasih ke mereka lagi. Kalau sebelum laris rasa bumbunya gurih alami, setelah laris rasa bumbunya ganti rasa kimiawi msg. Kalau dulu rajin kasih diskon, justru setelah laris ndak ada diskon diskonan lagi, wong ndak didiskon saja sudah laris. Kalau sampeyan mentolo melakukan ini, dijamin usaha anda akan jalan ditempat, orang yang datang tidak mbalik lagi dan bisnis kita akan gersang, tidak bernilai manfaat apapun. Na’udzubillah.

Kamus istilah

Marengake : mengijinkan, meridloi, sampeyan : anda, mbok rondo : janda, subuhane keri : sholat subuhnya terlambat, mentolo : tega